Selasa, 17 November 2009

NUZULUL QUR'AN

A. Al-Quran dan Sejarah Turunya
Al-Quran secara bahasa berasal dari lafadz قرأ yang berarti bacaan. Secara istilah al-Quran adalah kitab Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril as, yang membacanya merupakan sebuah ibadah, sebagai petunjuk yang jelas bagi manusia. Al-Quran merupakan mu'jizat paling istimewa yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW diantara mu'jizat-mu'jiat yang lain. Al-Quran merupakan sumber utama dalam menggali hukum-hukum islam. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT :
و نزلنا عليك الكتب تبيانا لكل شئ (النحل : 16)
Artinya : "Dan kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu". (QS. An Nahl : 16)
Al-Qur'ân diturunkan dalam tiga tahap :
1. Al-Qur'ân diturunkan secara sekaligus ke Lauh al-Mahfûdh dengan cara yang hanya diketahui Allah dan orang-orang yang dikehendaki-Nya. Dalam proses awal ini al-Quran diturunkan dalam satu kumpulan (جملة واحدة). Sedangkan hikmahnya adalah agar umat manusia mau beriman, meyakini akan wujudnya Lauh al-Mahfûdz sebagai bukti kekuasaan Allah dan tetap berbaik sangka atas segala kebijakan dari Allah SWT (Turunnya al-Quran tidak langsung ke Nabi SAW melainkan ke Lauh Mahfûdz terlebih dahulu). Dalil turunnya al-Qurân tahap pertama ini adalah QS. Al Buruj ayat 21-22 yang artinya : "Bahkan yang didustakan mereka itu ialah al-Quran yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh".(QS. al-Burûj :21-22)
2. Al-Quran diturunkan dari Lauh al-Mahfûdh ke langit dunia (bait al-‘izzah). Mengenai hal ini ada tiga pendapat :
a. Al-Quran diturunkan sekaligus ke langit dunia pada waktu malam qadar (lailatul qadar), kemudian diturunkan secara bertahap dalam waktu 20 atau 23 atau 25 tahun. Perbedaan jumlah ini karena adanya perbedaan mengenai berapa lama Nabi tinggal di Mekkah setelah kenabian.
b. Al-Quran diturunkan ke langit dunia selama 20 kali lailatul qadar dalam 20 tahun. Ada yang berpendapat selama 23 kali malam qadar dalam 23 tahun, ada yang mengatakan selama 25 kali pada malam qadar dalam 25 tahun. Kemudian al-Quran diturunkan secara bertahap kepada Rasulullah SAW disepanjang tahun.
c. Al-Quran pertama kali diturunkan pada malam qadar. Kemudian setelah itu turun secara bertahap dalam waktu 23 tahun. Kemudian diturunkan secara bertahap dalam berbagai waktu.
Mayoritas ulama setuju dengan pendapat pertama, karena lebih masyhur dan terbukti paling valid. Hal ini didukung oleh beberapa dalil diantaranya QS. ad-Dukhân : 1-3 yang artinya : "1.Haa miim. 2. Demi Kitab (Al-Quran) yang menjelaskan 3. Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan". (QS. ad-Dukhân : 1-3)
Dan QS. Al Qodr ayat 1 yang artinya : "Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan". (QS. al-Qadr :1 )
Juga QS. al-Baqarah ayat 185 yang artinya : "Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)". (QS al-Baqarah : 185)
Jelaslah bagi kita bahwa al-Quran diturunkan pada suatu malam yang penuh berkah, sebagaimana dalam al-Quran surat ad Dukhon. Malam itu disebut dengan Lailah al-Qadr sebagaimana dalam surat al-Qadr ayat 1 dan terletak pada bulan ramadhan seperti yang termaktub dalam surat al-Baqarah. Sebagaimana dimaklumi, al-Quran diturunkan kepada Nabi SAW secara bertahap semenjak beliau diangkat menjadi Nabi sampai wafat. Karena itu, yang dimaksud ketiga ayat di atas tentulah bukan turunnya al-Quran kepada Nabi, namun turunnya al-Quran ke langit dunia sebagaimana yang ditunjukkan oleh hadits :
عن ابن عباس  انه قال فصّل القرآن من الذكر فوضع في بيت العزة من السماء الدنيا فجعل الجبريل ينزل به على النبي ,(رواه الحاكم )
Artinya : "Ibnu Abbas berkata : al-Quran dipisahkan dari ad-dzikr kemudian diletakkan di baitil ‘izzah di langit dunia, kemudian jibril membawa (menurunkan) kepada Nabi SAW". (HR. Hakim)
عن ابن عباس قال أنزل القرآن في ليلة القدر في شهر رمضان إلى سماء الدنيا ليلة واحدة ثم أنزل نجوماً (أخرجه الطبراني و إسناده لا بأس به)
Artinya : "Dari ibn ‘Abbâs ia berkata, “Al-Quran diturunkan di malam qadr pada bulan Ramadlan ke langit dunia dalam satu malam kemudian diturunkan secara bertahap". (HR. at-Thabrâny)
عن ابن عباس قال أنزل القرآن جملة واحدة حتى وضع في بيت العزة في السماء الدنيا ونزله جبريل على محمد  بجواب كلام العباد وأعمالهم (أخرجه الطبراني والبزار)
Artinya : "Dari ibn ‘Abbâs ia berkata, “Al-Quran diturunkan secara sekaligus sehingga diletakkan di bait al-’izzah di langit dunia. Dan Jibril as. menurunkannya kepada Nabi Muhammad SAW dalam menjawab pertanyaan para hamba dan perbuatan mereka". (HR. at-Thabrâny dan al-Bazzâr)
Hikmah al-Quran diturunkan secara sekaligus ke langit dunia adalah mengagungkan nilai al-Quran dan Nabi yang diberi wahyu sekaligus sebagai pengumuman kepada seluruh penduduk langit bahwa ini adalah kitab yang terakhir diturunkan.

3. Al-Quran diturunkan kepada Nabi secara bertahap dari langit dunia melalui Malaikat Jibril mulai tanggal 17 Ramadlan (menurut sebagian pendapat). Ini sebagaimana tersebut dalam firman Allah QS. As Syu’ara’ ayat 193-195 yang artinya: "Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan. Dengan bahasa arab yang jelas". (QS. as-Syu’arâ` : 193-195)
B. Alasan Dan Hikmah Al-Quran Diturunkan Secara Bertahap
Ada beberapa hikmah yang dapat diambil dari penurunan al-Quran secara bertahap, diantaranya:
1. Lebih menancap didalam hati beliau Nabi SAW dan menghilangkan keraguan akan kebenaran al-Quran, karena berangsur-angsurnya sesuatu yang sesuai dengan kenyataan membuat hati semakin yakin akan kebenaran hal itu. Ini sebagaimana yang disebut dalam firman Allah QS. Al Furqon ayat 32 yang artinya: "Berkatalah orng-orang kafir, Mengapa Al-Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja, demikinlah supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacakan secara tartil (teratur dan benar)". (QS. al-Furqân :32)
2. Mempermudah menghapal al-Quran bagi orang-orang muslimin, memahaminya dan merenungi makna al-Quran. Karena sebagaimana diketahui, mayoritas orang Arab di masa itu ummy (tidak bisa tulis baca) sebagaimana dalam firman Allah QS. Al Jum’ah ayat 2 yang artinya : "Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata". (QS. Al Jumu’ah : 2)
3. Sebagai tanda bahwa al-Quran benar-benar diturunkan dari Allah, sebagaimana dalam firman-Nya QS. Al Hud ayat 1 yang artinya : "Alif laam raa, (Inilah) suatu Kitab yang ayat-ayatNya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha tahu". (QS. Hûd : 1)
4. Menantang dan melemahkan para penentang al-Quran, dengan menjawab berbagai pertanyaan dari mereka. Bahkan menantang mereka untuk membuat suatu yang serupa dengan al-Quran.
5. Melakukan penahapan dalam penetapan syari'at. Hal ini seperti halnya dalam menghukumi khomr. Hukum khomr yang haram ternyata melalui beberapa tahap tidak langsung divonis haram, Hal itu dengan melihat kondisi bangsa arab yang sudah melekat dengan adat tersebut.
C. Di Balik Tanggal 17 Ramadhan
Ketika memasuki bulan ramadhan, kita selalu merayakan ritual peringatan nuzulul Quran dengan berbagai cara demi mengagungkan malam yang disaat itu pada beberapa abad yang lalu al-Quran mulai diturunkan pada tanggal tersebut.
Sebenarnya banyak versi dalam menentukan kapan al-Quran mulai diturunkan. Salah satu diantara pendapat tersebut adalah tanggal 17 Ramadlan. Hal ini sesuai yang ditegaskan dalam hadits :
عَنْ خَارِجَةَ بن زَيْدِ بن ثَابِتٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ كَانَ يُحْيِي لَيْلَةَ ثَلاثٍ وَعِشْرِينَ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ وَلَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَلا كَإِحْيَائِهِ لَيْلَةَ سَبْعَ عَشْرَةَ فَقِيلَ لَهُ كَيْفَ تَخُصُّ لَيْلَةَ سَبْعَ عَشْرَةَ ؟ فَقَالَ إِنَّ فِيهَا نَزَلَ الْقُرْآنُ وَفِي صَبِيحَتِهَا فُرِّقَ بَيْنَ الْحَقِّ وَالْبَاطِلِ وَكَانَ فِيهَا يُصْبِحُ مُبْهَجَ الْوَجْهِ (رواه الطبراني)
Artinya : "Dari Khârijah ibn Zaid ibn Tsâbit dari ayahnya, sesungguhnya ia selalu menghidupkan (beribadah pada) malam dua puluh tiga dan dua puluh tujuh bulan Ramadlan. Namun tidak seperti ketika Beliau menghidupkan malam ke tujuh belas. Ia ditanya,”Mengapa engkau mengkhususkan malam ketujuh belas ?” Zaid menjawab, “Pada malam itu al-Qurân diturunkan dan pada paginya dipisahkan antara yang haq dan yang bathil...".(HR at-Thabrâny)
حَدَّثَنِي حَوْطٌ الْعَبْدِيُّ ، قَالَ : سَأَلْتُ زَيْدَ بن أَرْقَمَ عَنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ ؟ فَقَالَ مَا أَشُكُّ وَمَا أمتري أَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعَ عَشْرَةَ لَيْلَةَ نُزُولِ الْقُرْآنِ ، وَيَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ ( رواه الطبراني)
Artinya : "Hauth al-‘Abdy bercerita padaku. Ia mengatakan, Aku bertanya tentang lailautl qadr. Ia menjawab, Aku tidak ragu dan tidak gamang bahwa seusngguhnya lailatul qadr adalah tanggal tujuh belas, malam turunya al-Quran dan hari bertemunya dua pasukan". (HR at-Thabrâny)
Menurut para ulamapun mereka menyetujui bahwa pada tanggal 17 ramadhan itulah al-quran diturunkan. Sebagaimana Syeikh Nawawi al-Bantany mengatakan :
إلى أن أتاه صريح الحق منه ووافاه وذلك (إتيان صريح الأمر المحقق) في يوم الإثنين سبع عشرة (ليلة) خلت (مضت) من شهر الليلة القدرية (وهو رمضان الذي تكون فيه القدر غالبا)
…..Sampai Beliau menerima kebenaran yang nyata (wahyu) pada hari Senin tanggal 17 Ramadlan, pada malam lailatul qadar
D. Hukum Memperingati Nuzulul Qur'an
Peringatan Nuzulul Qurân yang kita jumpai dan kita kenal dalam masyarakat adalah tradisi yang berkembang dalam masyarakat. Hal ini bertumpu pada hasdits yang telah disampaikan oleh shahabat Zaid bin Tsâbit yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani seperti hadits diatas.
Al-Qur'an yang pada dasarnya adalah wahyu yang paling istimewa yang diberikan Allah SWT kapada Nabi Muhammad SAW, maka sudah semestinya kita bergembira atas rahmat yang yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW dan umumnya kepada kita. Firman Allah SWT dalam QS. Yunus ayat 58 yang artinya :"Katakanlah, dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan".(QS. Yûnus: 58)
Dalam sebuah hadits telah diriwayatkan :
عن أبي قتادة الأنصاري رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه و سلم سئل عن صوم الإثنين فقال : فِيهِ وُلِدْت وَفِيهِ َأُنْزِلَ عَلَيَّ ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ و أبو داود و أحمد (
Artinya :“Dari Abi Qatadah al-Anshariy, bahwa Rasulullah SAW ditanya tentang puasa hari senin. Kemudian beliau menjawab : Dihari itu aku dilahirkan dan dihari itu pula aku memperoleh wahyu”. (HR. Muslim, Abu Dawud dan Ahmad)
Dan jelas pula kesimpulan dari hadits diatas bahwa Nabi SAW juga merayakan turunya wahyu dengan berpuasa. Meskipun Nabi Muhammad SAW memperingatinya dengan cara berpuasa dan masyarakat kita merayakanya dengan berbagai ragam cara masing-masing seperti yang kita kenal. Misalnya masyarakat mengisinya dengan pembacaan ayat suci al-Qur'an, ajakan untuk merenungi kembali dan mengamalkan ajaran al-Qur'an. Inti dari peringatan Nuzulul Qur'an adalah menunjukkan rasa kegembiraan kita atas turunnya al-Qur'an yang merupakan mu'jizat yang istimewa dan merupakan petunjuk bagi seluruh umat islam dalam menjalankan syari'at, sebagai sebuah sarana untuk beribadah kepada Allah SWT. Dengan memperingati Nuzulul Qur'an, maka kita juga bisa mendapatkan nilai ibadah yang terdapat dalam peringatan tersebut. Seperti halnya teladan yang diberikan oleh shahabat. Dan jika dikatakan bahwa peringatan tersebut adalah bid'ah, maka tergolong bid’ah hasanah melihat isi dan makna perayaan tersebut, yakni dengan berbagai macam ibadah yang kita gunakan sebagai cara untuk memperingatinya. Dan kesemuanya itu adalah ibadah dan anjuran syara’sesuai dalil yang telah dikemukakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar